BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tema
sentral pembangunan nasional dalam GBHN adalah peningkatan kualitas sumber daya
manusia ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu upaya
yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya
manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat
merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas
kerja. Sejalan dengan itu perlu perhatian terhadap masalah-masalah yang
berhubungan dengan kesehatan kerja serta faktor-faktor yang erat hubungannya
seperti keadaan gizi golongan pekerja serta cara-cara untuk memperbaiki status
golongan ini semakin penting untuk diteliti.
Zat
gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai
nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk
memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja.
Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik
akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang
sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang
cukup tinggi (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991).
Menurut
Sudiarti (2010) kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja
sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti kemampuan fisik
kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang
bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis, karena itu perlu
mendapatkan asupan gizi cukup yang sesuai dengan jenis dan beban pekerjaan yang
dilakukannya.
Untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya tubuh melakukan pemeliharaan dengan
mengganti jaringan yang sudah aus, melakukan kegiatan, dan pertumbuhan sebelum
usia dewasa. Agar tubuh dapat menjalankan ketiga fungsi tersebut diperlukan
sejumlah gizi setiap hari, yang didapat melalui makanan. Diperkirakan 50 macam
senyawa dan unsur yang harus diperoleh dari makanan dengan jumlah tertentu
setiap harinya. Bila jumlah yang diperlukan tidak terpenuhi maka kesehatan yang
optimal tidak dapat dicapai (Ari Agung, 2002).
Vitamin adalah senyawa kimia yang sangat
esensial yang walaupun tersedianya dalam tubuh dalam jumlah demikian kecil,
diperlukan sekali bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh yang normal. Vitamin
berfungsi dalam beberapa tahap reaksi metabolism energy, pertumbuhan, dan
pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim.
Vitamin
merupakan nutrisi tanpa kalori yang penting dan dibutuhkan untuk metabolisme
tubuh manusia. Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia, tetapi
diperoleh dari makanan sehari-hari. Oleh karena itu, asupan vitamin harus di
penuhi secara sempurna agar tidak terjadi defisiensi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengaruh defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas
kerja?
2. Tindakan/
penanggulangan apa sajakah yang dilakukan dalam mencegah defisiensi vitamin B1
terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Untuk
mengetahui pengaruh defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja
dan produktivitas kerja.
2. Untuk
mengetahui tindakan/ penanggulangan yang dilakukan dalam mencegah defisiensi vitamin
B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja.
1.4
Manfaat
1. Agar
kita dapat mengetahui pengaruh defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh
pekerja dan produktivitas kerja.
2. Agar
kita dapat mengetahui tindakan/ penanggulangan yang dilakukan dalam mencegah defisiensi
vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Vitamin
B1
1.
Sejarah
Vitamin B1
(thiamin) pertama kali dikristalkan oleh Jansen dan Donath pada tahun 1926 dan
pertama kali disintesis oleh Roger R. Williams dengan kawan-kawannya pada tahun
1936 (Linder, 1992). Lebih jauh, disebutkan bahwa vitamin ini mempunyai fungsi
dan pengaruh sebagai koenzim untuk beberapa reaksi inti sampai metabolisme
antara dalam semua sel. Berperan penting pada reaksi pembentukan energi, reaksi
dekarboksilasi, dan reaksi transketolase.
Tiamin larut
dalam alkohol 70 % dan air, dapat rusak oleh panas, terutama dengan adanya
alkali. Pada kondisi kering, tiamin stabil pada suhu 100oC selama
beberapa jam. Kelembaban akan mempercepat kerusakannya. Hal ini menunjukkan
bahwa pada makanan segar, tiamin kurang stabil terhadap panas jika dibandingkan
dengan makanan kering.
2.
Metabolisme
Tiamin dari makanan
setelah dicerna, diserap langsung oleh usus dan masuk ke dalam saluran darah.
Penyerapan maksimum terjadi pada konsumsi 2,5 – 5 mg tiamin per hari. Pada
jumlah kecil, tiamin diserap melalui proses yang memerlukan energi dan bantuan
natrium, sedangkan dalam jumlah besar, tiamin diserap secara difusi pasif. Kelebihan
tiamin dfikeluarkan lewat urine. Metabolit tiamin adalah
2-metil-4-amino-5-pirimidin dan asam 4-metil-tiazol-5-asetat.
Tubuh manusia dewasa
mampu menyimpan tiamin sekitar 30 -70 mg, dan sekitar 80%-nya terdapat sebagai
TPP (tiamin pirofosfat). Separuh dari tiamin yang terdapat dalam tubuh
terkonsentrasi di otot. Meskipun tiamin tidak disimpan di dalam tubuh, level
normal di dalam otot jantung, otak, hati, ginjal dan otot lurik meningkat dua
kali lipat setelah terapi tiamin dan segera menurun hingga setengahnya ketika
asupan tiamin berkurang.
3.
Manfaat
Komposisi
yang terkandung di dalam vitamin
B1 B6 B12 (Vitamin B Kompleks) memberikan manfaat yang begitu
penting bagi tubuh agar selalu dalam kondisi fit. Tidak hanya itu saja vitamin
B1 juga mempunyai manfaat lain, yaitu:
a. Meningkatkan Energi Tubuh
Thiamin
membantu meningkatkan sirkulasi darah. Peningkatan sirkulasi darah dapat
membantu distribusi oksigen menuju seluruh jaringan tubuh. Semakin tinggi kadar
oksigen yang masuk menuju jaringan, semakin tinggi tingkat energi tubuh.
Terutama saat melakukan latihan intens.
b. Mencegah Anemia
Anemia
menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) pada penderitannya. Hal ini juga
memicu penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Vitamin B1 berperan dalam
membantu produksi sel darah merah dan meningkatkan aliran oksigen ke seluruh
tubuh dan mencegah anemia.
c. Membantu Metabolisme Glukosa
Vitamin
B kompleks diperlukan untuk mengubah karbohidrat menjadi glukosa yang pada
gilirannya menghasilkan energi bagi tubuh agar berfungsi optimal.
Metabolisme
karbohidrat memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan sistem tubuh,
terutama pada organ hati (liver). Menjaga kadar glukosa darah merupakan satu
dari sekian banyak peran liver bagi tubuh. Kemampuan liver untuk mensitesa
glukosa tidak terlepas dari peran vitamin B1.
d. Menjaga Fungsi Otak
Penelitian
telah menunjukkan bahwa thiamin dapat menjaga kadar darah homocysteine pada
tingkat yang sehat. Homosistein adalah senyawa asam amino penting yang
dibutuhkan oleh otak manusia. Jika asam amino tidak dikelola dengan baik maka
akan berpengaruh pada penurunan fungsi otak.
Seluruh
fungsi sistem saraf, termasuk otak, diatur oleh vitamin B1, B6 dan B12.
Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap stres,
kecemasan, dan depresi. Daging sapi, hati, kerang dan ikan mengandung sejumlah
besar vitamin B kompleks.
e. Menjaga Sistem Pencernaan
Karena
larut dalam air, vitamin B kompleks mampu memperbaiki pencernaan dan produksi
asam klorida (HCL) yang berfungsi memecah lemak, protein, dan karbohidrat.
Vitamin
B1, B2, B3 dan B6 sangat penting dalam menjaga pencernaan sehingga kekurangan
vitamin ini akan memicu masalah pencernaan parah.
f. Mencegah Neuropati
Neuropati
sebagai penyakit yang banyak menyerang orang berusia 40 tahun ke atas memang
sulit dihindari seiring dengan penurunan kemampuan tubuh untuk melakukan
regenerasi saraf. Namun masih ada cara agar neuropati tidak menghampiri tubuh
kita. Salah satunya adalah meningkatkan konsumsi vitamin B (termasuk B1) sejak
dini untuk menjaga sistem saraf sehingga dapat bekerja dengan baik.
Jika
Anda tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin B1, Anda bisa
mendapatkannya dalam bentuk suplementasi yang banyak tersedia di pasaran.
Namun, sebelum menggunakannya pastikan bahwa suplemen Anda benar-benar aman
untuk dikonsumsi.
Fungsi metabolik
tiamin antara lain pada reaksi oksidasi piruvat - Asetil- KoA, rekasi oksidasi
α- keto glutarat dan reaksi
transketolasi – HMP (Heksosa Monofosfat). Di dalam otak dan hati, segera
diubah menjadi TPP (thiamin pyrohosphat) oleh enzim thiamin difosfotransferase,
dimana reaksinya membutuhkan ATP.
Berperan penting sebagai koensim dekarboksilasi senyawa asam-keto. Beberapa
enzim yang menggunakan TPP sbg koensim adalah
pyruvate decarboxylase, pyruvate dehydrogenase, dan transketolase.
Tiamin penting
sebagai koensim pyruvate dan α-ketoglutarate dehydrogenase, sehingga jika terjadi defisiensi, maka
kapasitas sel dalam menghasilkan energi menjadi sangat berkurang.
4.
Kebutuhan
Harian
Kebutuhan harian
vitamin B1 erat kaitannya dengan dosis. Jika Anda sadar bahwa dosis vitamin B1
yang kita konsumsi itu sebenarnya tidak boleh kelebihan ataupun kekurangan.
Walaupun dalam penggunaan hariannya kita juga tidak mampu mengukur vitamin B1
yang telah masuk ke dalam tubuh, namun Anda bisa mengukurnya dari jumlah berat
sayuran atau buah atau daging yang mengandung vitamin B1 yang telah Anda makan.
Untuk kebutuhan
laki-laki, vitamin B1 dengan dosis sesuai usia sebagai berikut:
a. 1
sampai 3 tahun : 0.5 miligram per hari
b. 4
sampai 8 tahun : 0.6 miligram per hari
c. 9
sampai 13 tahun : 0.9 miligram per hari
d. 14
tahun ke atas : 1.2 miligram per hari
Sedangkan untuk kebutuhan perempuan dengan dosis
juga sesuai usia sebagai berikut:
a. 1
sampai 3 tahun : 0.5 mcg per hari
b. 4
sampai 8 tahun : 0.6 mcg per hari
c. 9
sampai 13 tahun : 0.9 mcg per hari
d. 14
sampai 18 tahun : 1.0 mcg per hari
e. 19
tahun keatas : 1.1 mcg per hari
5.
Sumber
Vitamin B1
banyak terdapat di sereal gandum. Kemudian gandum, beras, merupakan sumber
alami vitamin B1 dan kaya akan vitamin itu. Kacang-kacangan seperti kacang
kedelai juga merupakan sumber thiamin terbaik. Sumber lainnya bisa Anda
dapatkan pada lotus kering, lobak hijau, buah aprikot, nanas, kacang tanah,
kacang pistasio, biji mustard, sampai makanan hewani seperti hati domba dan
kambing.
2.2
Produktifitas
Kerja
Konsep
produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan
dimensi organisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya
dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam
bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang
selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi
keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara
masukan (input) dan keluaran (out put). Oleh karena itu dalam pandangan ini,
terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas,
tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas.
Menurut Ravianto
(1995:91), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja adalah
sebagai berikut :
a. Pendidikan,
baik formal maupun informal, akan mendorong karyawan bertindak produktif.
b. Keterampilan
dalam bekerja dan memakai fasilitas kerja dengan baik.
c. Disiplin
kerja, yaitu sikap patuh, taat, dan sadar pada peraturan lembaga atau organisai
d. Sikap
dan etika kerja, yang menjadi pedoman dan pola perilaku karyawan/karyawan agar
bersikap produktif dan mengerahkan kemampuan.
e. Motivasi,
yaitu dorongan kehendak yang mempengaruhi perilaku karyawan/karyawan untuk
meningkatkan produktivitas kerjanya
f. Gizi
dan kesehatan yang baik dan akan meningkatkan semangat kerja karyawan/karyawan
g. Tingkat
penghasilan yang sesuai akan menimbulkan konsentrasi dan kemampuan yang
dimiliki karyawan/karyawan.
h. Jaminan
sosial dapat meningkatkan pengabdian dan semangat kerja karyawan/karyawan
i.
Lingkungan kerja yang baik bagi
kenyamanan bekerja
j.
Kemajuan dan ketepatan teknologi
menyebabkan penyelesaian proses produksi /proses belajar mengajar tepat waktu,
jumlah produksi lebih banyak dan bermutu , serta memperkecil pemborosan bahan
sisa.
k. Sarana
produksi yang buruk akan memboroskan bahan baku
l.
Manajemen, yaitu system yang diterapkan
atasan untuk mengelola dan mengendalikan bawahannya, sehingga mendorong bawahan
bertindak produktif.
m. Kesempatan
untuk berprestasi akan memberi dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi
serta pemanfaatan potensi yang dimilikinya.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Defisiensi Vitamin B1 Terhadap Metabolisme
Tubuh Pekerja dan Produktivitas Kerja.
Vitamin B1 mempunyai fungsi dan pengaruh sebagai koenzim untuk beberapa reaksi inti
sampai metabolisme antara dalam
semua sel. Berperan penting pada reaksi pembentukan energi, reaksi dekarboksilasi, dan reaksi
transketolase. Vitamin B1 juga berperan
membantu proses metabolisme protein dan lemak.
Vitamin B1 atau thiamin sangat diperlukan tubuh,
tersedianya dalam tubuh karena diserap usus dari makanan, selanjutnya diangkut
bersama darah ke jaringan-jaringan tubuh. Thiamin ditemukan sebagai cadangan
dalam jumlah yang terbatas di dalam hati, buah pinggang, jantung, otot dan
otak, sebagai cadangan diperlukan untuk sekedar dapat memelihara fungsi
alat-alat tubuh tadi dalam waktu yang singkat. Sel-sel jaringan mewujudkan/menjadikan
tersedianya zat yang mengandung thiamin (koenzim), zat mana demikian membantu
dalam pembakaran karbohidrat dan diangkat di dalam darah oleh sel darah putih
yang mempunyai inti dengan thiamin yang bebas di dalam plasma. Koenzim tersebut
berfungsi memungkinkan karboksilase memisahkan karbonioksida dari asam piruvat,
sedangkan sisanya selanjutnya dirombak menjadi karbondioksida dan air. Jadi, dapat
disebutkan fungsi thiamin yaitu
1) metabolisme
karbohidrat;
2) mempengaruhi
keseimbangan air di dalam tubuh; dan
3) mempengaruhi
penyerapan zat lemak dalam usus.
Dari fungsinya yang pertama dapatlah diperkirakan,
bahwa makin banyak karbohidrat yang dikonsumsi, kebutuhan akan thiamin tentunya
akan banyak pula.
Seperti contoh ini, Seseorang buruh kasar, misalnya,
akan mengkonsumsi karbohidrat yang lebih tinggi dibanding dengan karyawan staf
yang bekerja dengan menggunakan pikirannya.
Vitamin B1 dikenal
sebagai “Vitamin Semangat”, oleh karena itu bila terjadi kekurangan akan
menimbulkan penurunan kegiatan syaraf. Penelitian pada manusia yang diberi makanan
kurang vitamin B1 menunjukkan dalam waktu singkat orang-orang tersebut tidak
bersemangat, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Dalam tiga hingga tujuh minggu
timbul gejala kelelahan, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, konstipasi,
kejang otot dan berbagai rasa nyeri syaraf. Keluhan ini dapat dihilangkan dan pulih
setelah mengkonsumsi vitamin B1 secukupnya.
Kelainan fungsi
yang menjelma seperti yang kita dengar dengan slogan popular rakyat yaitu “4L”
(letih, lemah, lelah,lesu) yang pada hakikatnya kurangnya zat-zat gizi, yang
sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan perilaku pekerja.
Sehingga vitamin
B1 ini sebaiknya kebutuhannya selalu tercukupi agar metabolisme dalam tubuh
tetap berjalan dan produktifitas kerja tetap baik.
3.2
Tindakan/ Penanggulangan yang Dilakukan Dalam
Mencegah Defisiensi Vitamin B1 Terhadap Metabolisme Tubuh Pekerja dan Produktivitas
kerja.
Adapun tindakan/
penanggulangan yang dilakukan dalam mencegah defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme
tubuh pekerja dan produktivitas kerja adalah
1. Mengkonsumsi
makanan sumber thiamin seperti sereal gandum dan kacang-kacangan. Serta antagonis
tiamin, seperti dalam the, kopi, padi dan bahan-bahan makanan lain, karena dapat
meningkatkan kebutuhan.
2. Thiamin
mudah hilang dari beras selama proses penggilingan. Menjadi vitamin yang larut
dalam air, menyebabkan vitamin ini mudah hilang selama beras dicuci dan
dimasak. Sebagian besar thiamin dalam buah-buahan dan sayuran biasanya hilang
selama penyimpanan berkepanjangan. Thiamin juga hancur dalam roti yang
dipanggang dan sereal yang dimasak dengan baking soda. Sehingga proses dalam
memasak juga harus diperhatikan. Proses memasak tidak boleh terlalu lama dan
proses penyimpanan bahan makanan di lemari es tidak boleh terlalu lama.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Vitamin B1 ini sebaiknya
kebutuhannya selalu tercukupi agar metabolisme dalam tubuh tetap berjalan dan
produktifitas kerja tetap baik. Karena vitamin B1 ini merupakan Vitamin
Semangat”, oleh karena itu bila terjadi kekurangan akan menimbulkan penurunan
kegiatan syaraf, serta 4L” (letih, lemah, lelah,lesu).
2.
Tindakan/ penanggulangan yang
dilakukan dalam mencegah defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh
pekerja dan produktivitas kerja adalah dengan mengkonsumsi makanan sumber
thiamin, dan proses dalam memasak juga harus diperhatikan. Proses memasak tidak
boleh terlalu lama serta proses penyimpanan bahan makanan di lemari es tidak
boleh terlalu lama.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2012. Definisi dan Pengertian Vitamin B1
(Thiamin). Diperoleh 11 Desember 2013, dari http://wikivitamin.com/definisi-dan-pengertian-vitamin-b1-thiamin/
Ari Agung, I Gusti. (2009). Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan
terhadap Produktivitas Kerja.
Semarang: Fakultas MIPA Universitas Diponegoro.
Bagus
Velly Filian. (2013). Hubungan Vitamin
dan metabolisme. Diperoleh 11 Desember 2013, dari http://kayenmania.blogspot.com/2013/03/hubungan-vitamin-dan-metabolisme.html
Kak
Yon. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
produktivitas kerja. Diperoleh 11 Desember 2013, dari http://abudaud2010.blogspot.com/2012/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Linder, C.M. (1992).
Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, dengan
Pemakaian Secara Klinis. Jakarta: UI Press.
Marsetyo,
H dan G. Kartasapoetra. (1991). Ilmu Gizi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Rahayu, Imbang Dwi. (2010). Vitamin B1 (Thiamine). Malang: Staf
Pengajar Jurusan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar