...SELAMAT DATANG...

Selasa, 24 Desember 2013

pengaruh defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tema sentral pembangunan nasional dalam GBHN adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Sejalan dengan itu perlu perhatian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan kerja serta faktor-faktor yang erat hubungannya seperti keadaan gizi golongan pekerja serta cara-cara untuk memperbaiki status golongan ini semakin penting untuk diteliti.

Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991).
Menurut Sudiarti (2010) kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis, karena itu perlu mendapatkan asupan gizi cukup yang sesuai dengan jenis dan beban pekerjaan yang dilakukannya.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tubuh melakukan pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang sudah aus, melakukan kegiatan, dan pertumbuhan sebelum usia dewasa. Agar tubuh dapat menjalankan ketiga fungsi tersebut diperlukan sejumlah gizi setiap hari, yang didapat melalui makanan. Diperkirakan 50 macam senyawa dan unsur yang harus diperoleh dari makanan dengan jumlah tertentu setiap harinya. Bila jumlah yang diperlukan tidak terpenuhi maka kesehatan yang optimal tidak dapat dicapai (Ari Agung, 2002).
  Vitamin adalah senyawa kimia yang sangat esensial yang walaupun tersedianya dalam tubuh dalam jumlah demikian kecil, diperlukan sekali bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh yang normal. Vitamin berfungsi dalam beberapa tahap reaksi metabolism energy, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Vitamin merupakan nutrisi tanpa kalori yang penting dan dibutuhkan untuk metabolisme tubuh manusia. Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia, tetapi diperoleh dari makanan sehari-hari. Oleh karena itu, asupan vitamin harus di penuhi secara sempurna agar tidak terjadi defisiensi.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengaruh defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja?
2.      Tindakan/ penanggulangan apa sajakah yang dilakukan dalam mencegah defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja?

1.3  Tujuan
              Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1.      Untuk mengetahui pengaruh defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja.
2.      Untuk mengetahui tindakan/ penanggulangan yang dilakukan dalam mencegah defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja.


1.4    Manfaat
1.      Agar kita dapat mengetahui pengaruh defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja.
2.      Agar kita dapat mengetahui tindakan/ penanggulangan yang dilakukan dalam mencegah defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Vitamin B1
1.      Sejarah
Vitamin B1 (thiamin) pertama kali dikristalkan oleh Jansen dan Donath pada tahun 1926 dan pertama kali disintesis oleh Roger R. Williams dengan kawan-kawannya pada tahun 1936 (Linder, 1992). Lebih jauh, disebutkan bahwa vitamin ini mempunyai fungsi dan pengaruh sebagai koenzim untuk beberapa reaksi inti sampai metabolisme antara dalam semua sel. Berperan penting pada reaksi pembentukan energi, reaksi dekarboksilasi, dan reaksi transketolase.
Tiamin larut dalam alkohol 70 % dan air, dapat rusak oleh panas, terutama dengan adanya alkali. Pada kondisi kering, tiamin stabil pada suhu 100oC selama beberapa jam. Kelembaban akan mempercepat kerusakannya. Hal ini menunjukkan bahwa pada makanan segar, tiamin kurang stabil terhadap panas jika dibandingkan dengan makanan kering.
2.      Metabolisme
Tiamin dari makanan setelah dicerna, diserap langsung oleh usus dan masuk ke dalam saluran darah. Penyerapan maksimum terjadi pada konsumsi 2,5 – 5 mg tiamin per hari. Pada jumlah kecil, tiamin diserap melalui proses yang memerlukan energi dan bantuan natrium, sedangkan dalam jumlah besar, tiamin diserap secara difusi pasif. Kelebihan tiamin dfikeluarkan lewat urine. Metabolit tiamin adalah 2-metil-4-amino-5-pirimidin dan asam 4-metil-tiazol-5-asetat.
Tubuh manusia dewasa mampu menyimpan tiamin sekitar 30 -70 mg, dan sekitar 80%-nya terdapat sebagai TPP (tiamin pirofosfat). Separuh dari tiamin yang terdapat dalam tubuh terkonsentrasi di otot. Meskipun tiamin tidak disimpan di dalam tubuh, level normal di dalam otot jantung, otak, hati, ginjal dan otot lurik meningkat dua kali lipat setelah terapi tiamin dan segera menurun hingga setengahnya ketika asupan tiamin berkurang.
3.      Manfaat
Komposisi yang terkandung di dalam vitamin B1 B6 B12 (Vitamin B Kompleks) memberikan manfaat yang begitu penting bagi tubuh agar selalu dalam kondisi fit. Tidak hanya itu saja vitamin B1 juga mempunyai manfaat lain, yaitu:
a.       Meningkatkan Energi Tubuh
Thiamin membantu meningkatkan sirkulasi darah. Peningkatan sirkulasi darah dapat membantu distribusi oksigen menuju seluruh jaringan tubuh. Semakin tinggi kadar oksigen yang masuk menuju jaringan, semakin tinggi tingkat energi tubuh. Terutama saat melakukan latihan intens.
b.      Mencegah Anemia
Anemia menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) pada penderitannya. Hal ini juga memicu penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Vitamin B1 berperan dalam membantu produksi sel darah merah dan meningkatkan aliran oksigen ke seluruh tubuh dan mencegah anemia.
c.       Membantu Metabolisme Glukosa
Vitamin B kompleks diperlukan untuk mengubah karbohidrat menjadi glukosa yang pada gilirannya menghasilkan energi bagi tubuh agar berfungsi optimal.
Metabolisme karbohidrat memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan sistem tubuh, terutama pada organ hati (liver). Menjaga kadar glukosa darah merupakan satu dari sekian banyak peran liver bagi tubuh. Kemampuan liver untuk mensitesa glukosa tidak terlepas dari peran vitamin B1.
d.      Menjaga Fungsi Otak
Penelitian telah menunjukkan bahwa thiamin dapat menjaga kadar darah homocysteine pada tingkat yang sehat. Homosistein adalah senyawa asam amino penting yang dibutuhkan oleh otak manusia. Jika asam amino tidak dikelola dengan baik maka akan berpengaruh pada penurunan fungsi otak.
Seluruh fungsi sistem saraf, termasuk otak, diatur oleh vitamin B1, B6 dan B12. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap stres, kecemasan, dan depresi. Daging sapi, hati, kerang dan ikan mengandung sejumlah besar vitamin B kompleks.
e.       Menjaga Sistem Pencernaan
Karena larut dalam air, vitamin B kompleks mampu memperbaiki pencernaan dan produksi asam klorida (HCL) yang berfungsi memecah lemak, protein, dan karbohidrat.
Vitamin B1, B2, B3 dan B6 sangat penting dalam menjaga pencernaan sehingga kekurangan vitamin ini akan memicu masalah pencernaan parah.
f.       Mencegah Neuropati
Neuropati sebagai penyakit yang banyak menyerang orang berusia 40 tahun ke atas memang sulit dihindari seiring dengan penurunan kemampuan tubuh untuk melakukan regenerasi saraf. Namun masih ada cara agar neuropati tidak menghampiri tubuh kita. Salah satunya adalah meningkatkan konsumsi vitamin B (termasuk B1) sejak dini untuk menjaga sistem saraf sehingga dapat bekerja dengan baik.
Jika Anda tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin B1, Anda bisa mendapatkannya dalam bentuk suplementasi yang banyak tersedia di pasaran. Namun, sebelum menggunakannya pastikan bahwa suplemen Anda benar-benar aman untuk dikonsumsi.
Fungsi metabolik tiamin antara lain pada reaksi oksidasi piruvat - Asetil- KoA, rekasi oksidasi α- keto glutarat dan reaksi  transketolasi – HMP (Heksosa Monofosfat). Di dalam otak dan hati, segera diubah menjadi TPP (thiamin pyrohosphat) oleh enzim thiamin difosfotransferase, dimana reaksinya  membutuhkan ATP. Berperan penting sebagai koensim dekarboksilasi senyawa asam-keto. Beberapa enzim yang menggunakan TPP sbg koensim adalah  pyruvate decarboxylase, pyruvate dehydrogenase, dan transketolase.
Tiamin penting sebagai koensim pyruvate dan α-ketoglutarate dehydrogenase,  sehingga jika terjadi defisiensi, maka kapasitas sel dalam menghasilkan energi menjadi sangat berkurang.
4.      Kebutuhan Harian
Kebutuhan harian vitamin B1 erat kaitannya dengan dosis. Jika Anda sadar bahwa dosis vitamin B1 yang kita konsumsi itu sebenarnya tidak boleh kelebihan ataupun kekurangan. Walaupun dalam penggunaan hariannya kita juga tidak mampu mengukur vitamin B1 yang telah masuk ke dalam tubuh, namun Anda bisa mengukurnya dari jumlah berat sayuran atau buah atau daging yang mengandung vitamin B1 yang telah Anda makan.
Untuk kebutuhan laki-laki, vitamin B1 dengan dosis sesuai usia sebagai berikut:
a.       1 sampai 3 tahun : 0.5 miligram per hari
b.      4 sampai 8 tahun : 0.6 miligram per hari
c.       9 sampai 13 tahun : 0.9 miligram per hari
d.      14 tahun ke atas : 1.2 miligram per hari
Sedangkan untuk kebutuhan perempuan dengan dosis juga sesuai usia sebagai berikut:
a.       1 sampai 3 tahun : 0.5 mcg per hari
b.      4 sampai 8 tahun : 0.6 mcg per hari
c.       9 sampai 13 tahun : 0.9 mcg per hari
d.      14 sampai 18 tahun : 1.0 mcg per hari
e.       19 tahun keatas : 1.1 mcg per hari
5.      Sumber
Vitamin B1 banyak terdapat di sereal gandum. Kemudian gandum, beras, merupakan sumber alami vitamin B1 dan kaya akan vitamin itu. Kacang-kacangan seperti kacang kedelai juga merupakan sumber thiamin terbaik. Sumber lainnya bisa Anda dapatkan pada lotus kering, lobak hijau, buah aprikot, nanas, kacang tanah, kacang pistasio, biji mustard, sampai makanan hewani seperti hati domba dan kambing.
2.2    Produktifitas Kerja
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (out put). Oleh karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas.
Menurut Ravianto (1995:91), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut :
a.       Pendidikan, baik formal maupun informal, akan mendorong karyawan bertindak produktif.
b.      Keterampilan dalam bekerja dan memakai fasilitas kerja dengan baik.
c.       Disiplin kerja, yaitu sikap patuh, taat, dan sadar pada peraturan lembaga atau organisai
d.      Sikap dan etika kerja, yang menjadi pedoman dan pola perilaku karyawan/karyawan agar bersikap produktif dan mengerahkan kemampuan.
e.       Motivasi, yaitu dorongan kehendak yang mempengaruhi perilaku karyawan/karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya
f.       Gizi dan kesehatan yang baik dan akan meningkatkan semangat kerja karyawan/karyawan
g.      Tingkat penghasilan yang sesuai akan menimbulkan konsentrasi dan kemampuan yang dimiliki karyawan/karyawan.
h.      Jaminan sosial dapat meningkatkan pengabdian dan semangat kerja karyawan/karyawan
i.        Lingkungan kerja yang baik bagi kenyamanan bekerja
j.        Kemajuan dan ketepatan teknologi menyebabkan penyelesaian proses produksi /proses belajar mengajar tepat waktu, jumlah produksi lebih banyak dan bermutu , serta memperkecil pemborosan bahan sisa.
k.      Sarana produksi yang buruk akan memboroskan bahan baku
l.        Manajemen, yaitu system yang diterapkan atasan untuk mengelola dan mengendalikan bawahannya, sehingga mendorong bawahan bertindak produktif.
m.    Kesempatan untuk berprestasi akan memberi dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimilikinya.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Pengaruh Defisiensi Vitamin B1 Terhadap Metabolisme Tubuh Pekerja dan Produktivitas Kerja.
Vitamin B1 mempunyai fungsi dan pengaruh sebagai koenzim untuk beberapa reaksi inti sampai metabolisme antara dalam semua sel. Berperan penting pada reaksi pembentukan energi, reaksi dekarboksilasi, dan reaksi transketolase. Vitamin B1 juga berperan membantu proses metabolisme protein dan lemak.
Vitamin B1 atau thiamin sangat diperlukan tubuh, tersedianya dalam tubuh karena diserap usus dari makanan, selanjutnya diangkut bersama darah ke jaringan-jaringan tubuh. Thiamin ditemukan sebagai cadangan dalam jumlah yang terbatas di dalam hati, buah pinggang, jantung, otot dan otak, sebagai cadangan diperlukan untuk sekedar dapat memelihara fungsi alat-alat tubuh tadi dalam waktu yang singkat. Sel-sel jaringan mewujudkan/menjadikan tersedianya zat yang mengandung thiamin (koenzim), zat mana demikian membantu dalam pembakaran karbohidrat dan diangkat di dalam darah oleh sel darah putih yang mempunyai inti dengan thiamin yang bebas di dalam plasma. Koenzim tersebut berfungsi memungkinkan karboksilase memisahkan karbonioksida dari asam piruvat, sedangkan sisanya selanjutnya dirombak menjadi karbondioksida dan air. Jadi, dapat disebutkan fungsi thiamin yaitu
1)      metabolisme karbohidrat;
2)      mempengaruhi keseimbangan air di dalam tubuh; dan
3)      mempengaruhi penyerapan zat lemak dalam usus.
Dari fungsinya yang pertama dapatlah diperkirakan, bahwa makin banyak karbohidrat yang dikonsumsi, kebutuhan akan thiamin tentunya akan banyak pula.
Seperti contoh ini, Seseorang buruh kasar, misalnya, akan mengkonsumsi karbohidrat yang lebih tinggi dibanding dengan karyawan staf yang bekerja dengan menggunakan pikirannya.
Vitamin B1 dikenal sebagai “Vitamin Semangat”, oleh karena itu bila terjadi kekurangan akan menimbulkan penurunan kegiatan syaraf. Penelitian pada manusia yang diberi makanan kurang vitamin B1 menunjukkan dalam waktu singkat orang-orang tersebut tidak bersemangat, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Dalam tiga hingga tujuh minggu timbul gejala kelelahan, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, konstipasi, kejang otot dan berbagai rasa nyeri syaraf. Keluhan ini dapat dihilangkan dan pulih setelah mengkonsumsi vitamin B1 secukupnya.
Kelainan fungsi yang menjelma seperti yang kita dengar dengan slogan popular rakyat yaitu “4L” (letih, lemah, lelah,lesu) yang pada hakikatnya kurangnya zat-zat gizi, yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan perilaku pekerja.
Sehingga vitamin B1 ini sebaiknya kebutuhannya selalu tercukupi agar metabolisme dalam tubuh tetap berjalan dan produktifitas kerja tetap baik.

3.2 Tindakan/ Penanggulangan yang Dilakukan Dalam Mencegah Defisiensi Vitamin B1 Terhadap Metabolisme Tubuh Pekerja dan Produktivitas kerja.
            Adapun tindakan/ penanggulangan yang dilakukan dalam mencegah defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja adalah
1.      Mengkonsumsi makanan sumber thiamin seperti sereal gandum dan kacang-kacangan. Serta antagonis tiamin, seperti dalam the, kopi, padi dan bahan-bahan makanan lain, karena dapat meningkatkan kebutuhan.
2.      Thiamin mudah hilang dari beras selama proses penggilingan. Menjadi vitamin yang larut dalam air, menyebabkan vitamin ini mudah hilang selama beras dicuci dan dimasak. Sebagian besar thiamin dalam buah-buahan dan sayuran biasanya hilang selama penyimpanan berkepanjangan. Thiamin juga hancur dalam roti yang dipanggang dan sereal yang dimasak dengan baking soda. Sehingga proses dalam memasak juga harus diperhatikan. Proses memasak tidak boleh terlalu lama dan proses penyimpanan bahan makanan di lemari es tidak boleh terlalu lama.



BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
             Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Vitamin B1 ini sebaiknya kebutuhannya selalu tercukupi agar metabolisme dalam tubuh tetap berjalan dan produktifitas kerja tetap baik. Karena vitamin B1 ini merupakan Vitamin Semangat”, oleh karena itu bila terjadi kekurangan akan menimbulkan penurunan kegiatan syaraf, serta 4L” (letih, lemah, lelah,lesu).
2.      Tindakan/ penanggulangan yang dilakukan dalam mencegah defisiensi vitamin B1 terhadap metabolisme tubuh pekerja dan produktivitas kerja adalah dengan mengkonsumsi makanan sumber thiamin, dan proses dalam memasak juga harus diperhatikan. Proses memasak tidak boleh terlalu lama serta proses penyimpanan bahan makanan di lemari es tidak boleh terlalu lama.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Definisi dan Pengertian Vitamin B1 (Thiamin). Diperoleh 11 Desember 2013, dari http://wikivitamin.com/definisi-dan-pengertian-vitamin-b1-thiamin/

Ari Agung, I Gusti. (2009). Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan terhadap        Produktivitas Kerja. Semarang: Fakultas MIPA Universitas Diponegoro.

Bagus Velly Filian. (2013). Hubungan Vitamin dan metabolisme. Diperoleh 11 Desember 2013, dari http://kayenmania.blogspot.com/2013/03/hubungan-vitamin-dan-metabolisme.html

Kak Yon. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi produktivitas kerja. Diperoleh 11 Desember 2013, dari http://abudaud2010.blogspot.com/2012/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

Linder, C.M. (1992). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, dengan Pemakaian Secara Klinis. Jakarta: UI Press.

Marsetyo, H dan G. Kartasapoetra. (1991). Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahayu, Imbang Dwi. (2010). Vitamin B1 (Thiamine). Malang: Staf Pengajar Jurusan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar